Pendidikan dan Pergerakan Nasional Indonesia
Bentuk perlawanan terhadap kolonial Belanda mulai berubah
arah di awal tahun 1900-an. Sebelumnya perlawanan terhadap kolonial Belanda
lebih bersifat sporadis, kedaerahan, dan didominasi perlawanan fisik. Sebut
saja perlawanan Diponegoro yang menurut De-Graaf merugikan Belanda sekitar 25
juta gulden (setara dengan 2,2 miliar dollar AS saat ini). Belum lagi
perlawanan di Aceh, Perlawanan Padri di Sumatra Barat, Perlawanan Pangeran
Antasari di Kalimantan Selatan, Perlawanan Puputan Margarana di Bali, dan Perlawanan
Pangeran Hasanuddin di Makasar. Perlawanan-perlawawan tersebut mengakibatkan
kekosongan kas negara Belanda. Sayangnya perlawanan fisik yang heroik tersebut
terjadi di tingkat daerah dan tidak terjadi secara bersamaan sehingga
Pemerintah Kolonial Belanda dengan mudah menumpasnya.
Kemudian untuk mengisi kekosongan kas Belanda tersebut, van
den Bosch sebagai Gubernur Jenderal yang baru diserahi tanggung jawab untuk
menerapkan sistem baru di Indonesia. Maka diterapkannya Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) yang mewajibkan rakyat
Indonesia menanam tanaman perkebunan yang laku di pasaran ekspor. Menurut
Ricklefs keuntungan bersih yang didapat Belanda dari Tanam Paksa dari tahun
1831-1877 adalah sebesar 832 juta gulden atau setara dengan 75 miliar dollar AS
saat ini. Bisa dibayangkan betapa luar biasanya pemasukan yang diperoleh
Belanda waktu itu. Pembangunan kanal-kanal di Amsterdam santer diberitakan
merupakan hasil keuntungan dari tanam paksa tersebut. Sartono Kartodirdjo
mengungkapkan dari adanya sistem ini negeri Belanda menempati kembali posisinya
sebagai pusat penjualan bahan mentah dan armada dagangnya menjadi nomor tiga di
seluruh dunia.
Setelah tanam paksa (cultuur
stelsel) dihentikan oleh Belanda, karena banyak penyelewengan dan mendapat
tekanan keras untuk menggulirkan politik balas budi (Politik Etis). Belanda telah
memiliki hutang kehormatan dengan bangsa Indonesia yang telah menyelamatkan kas
Negara Belanda. Salah seorang pegawai, Douwes Dekker dengan memakai nama
samaran Multatuli membentangkan kekejaman-kekejaman sistem ini dalam bukunya
yang terkenal Max Havelaar. Kemudian
yang juga gigih melawan penyelewengan-penyelewengan tersebut adalah van Hovell.
Dua orang tokoh ini memiliki jasa besar dalam menarik perhatian umum tentang
pelaksanaan kolonialisme di Indonesia.
Setelah digulirkannya politik etis, Pemerintah Belanda
memfokuskan pada 3 sektor yaitu Irigasi, Imigrasi, dan Edukasi. Irigasi dan
Imigrasi paling banyak terjadi pelanggaran. Hal ini dikarenakan pembangunan
saluran irigasi dan pemindahan penduduk difokuskan di sekitar
perkebunan-perkebunan Belanda untuk menyokong pengairan dan tenaga kerja di
perkebunan tersebut. Pengaruh yang paling besar adalah pada sektor pendidikan
(edukasi) yaitu dengan dibukanya sekolah-sekolah untuk rakyat Indonesia.
Walaupun kenyataannya masih ada diskriminasi terhadap keturunan pribumi, Indo
Eropa, Tionghoa, dan Eropa totok. Sekolah-sekolah dibagi-bagi ke dalam beberapa
macam berdasarkan murid-murid yang belajar disana. Bagi golongan pribumi biasa
mereka hanya dapat mengenyam Sekolah Rakyat (SR) sampai kelas dua saja
sedangkan bagi golongan bangsawan bisa bersekolah sampai AMS (Algemene Midlebare School) setara SMA
atau sampai perguruan tinggi (misalnya STOVIA dan OSVIA).
Sekolah-sekolah di Indonesia dibagi menjadi beberapa
tingkatan dan dipisah-pisah berdasarkan keturunan akan tetapi di awal Politik
Etis ini mampu melahirkan banyak golongan terpelajar. Beberapa diantaranya R.M.
Tirto Adi Soerjo, Soetomo, Wahidin Soedirohoesodo yang menjadi perintis pergerakan
nasional di Indonesia. Menurut Adrian Vicker R.M. Tirto Adi Soerjo membentuk
organisasi pertama yaitu Sarekat Prijaji, kemudian disusul oleh dr. Wahidin dan
Soetomo yang membentuk Budi Utomo sebagai kepanjangan dari hasil diskusi mahasiswa
STOVIA (Sekolah Kedokteran). Akan tetapi keduanya lebih bersifat moderat dan Anggota
Budi Utomo masuk ke dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
Hal yang paling menarik dari munculnya gerakan pergerakan
nasional ini adalah bentuk perjuangan melawan terhadap Kolonial Belanda. Sesuai
yang dijelaskan di atas bahwa sebelumnya perlawanan lebih bersifat fisik,
setelah munculnya golongan terpelajar perlawanan berganti jalan melalui organisasi
politik dan diplomasi. Mereka menghimpun para golongan terpelajar untuk memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Organisasi lain yang juga
memainkan peranan penting adalah gerakan Taman Siswa yang didirikan pada 1921 di
Yogyakarta oleh R.M.Soewardi Soeryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) dengan tujuan
mengembangkan suatu pendidikan yang berlandaskan sintesis realistis dari
kebudayaan Indonesia dan Barat.
Puncak dari pergerakan nasional adalah Peristiwa Sumpah Pemuda
pada 28 Oktober 1928. Hal ini ditandai dengan berkumpulnya pemuda di seluruh
penjuru Indonesia. Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes,
Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond
dan perwakilan lain bersama-sama mengucapkan sumpah untuk bertanah air satu,
berbangsa satu, dan berbahasa satu Indonesia. Setelah mengucapkan sumpah
tersebut untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Perjuangan
ke depannya terus dilakukan jalur politik organisasi hingga kemerdekaan
Indonesia dapat diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Serangkaian peristiwa pergerakan nasional hendaknya bisa
menjadi renungan bagi kita bersama bahwa melalui pendidikan-lah bangsa kita
bisa meraih taraf kehidupan yang lebih baik. Terbukti dengan pendidikan bangsa
ini pernah melahirkan tokoh-tokoh hebat seperti Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir,
Ahmad Soebarjo, dsb yang telah berjuang membebaskan bangsa Indonesia dari
cengkeraman kolonialisme dan imperialisme. Dengan peringatan kebangkitan
nasional pada bulan Mei ini harapannya kita dapat mengingat kembali bahwa
bangsa ini pernah menang melawan kolonialisme dan imperialisme yang telah
tertanam ratusan tahun melalui jalur organisasi politik dan diplomasi yang
dimotori oleh golongan muda terpelajar.
Selamat Hari Pendidikan Nasional dan selamat menyambut Hari Kebangkitan Nasional. Jayalah
selalu Indonesia !!!
Comments
Post a Comment